Aku sudha bekerja keras untuk hatiku. Mencoba sedikit mencintai isi kepalaku
sendiri.
Tahun demi tahun telah menciptakan ribuan kata maaf.
Menelenjangi diri dengan ketololan-ketololan. Mestinya, semakin tahun tubuhku
panjang dan semakin siang. Tak segera luruh lalu sambil menggigiti ujung
kuku.
Rupanya, detikan jam belum berjabat tangan dengan mimpi-mimpiku.
Lagi-lagi aku kehilangan esensi, tidak pernah mengerti bagaimana menjadi seorang
pecinta yang baik. Karena aku sendiri belum memahaminya. Cinta, seperti
secangkir kopi dengan asap pertama.
Nuansa kopi cinta... :)